Para ahli Kaspersky Lab menyatakan bahwa Advanced Persistent Threats (APT) akan menghilang dan digantikan oleh ancaman serangan yang lebih berbahaya serta lebih sulit dideteksi dan ditelusuri asal muasal pelakunya pada 2016.

"Di 2016 kita akan melihat evolusi yang signifikan dari keahlian tradecraft dalam spionase siber," kata Juan Andrés Guerrero-Saade, pakar keamanan senior di Tim Riset dan Analisis Global Kaspersky Lab dalam keterangan tertulisnya, Minggu.

"Para aktor ancaman canggih ini berupaya meminimalkan biaya dengan memanfaatkan kembali malware yang tersedia secara komersial dan menjadi lebih mahir dalam menyembunyikan peralatan canggih, infrastruktur, serta identitas mereka dengan cara menghilangkan sifat persisten," tambah dia.

Dalam Prediksi 2016, para ahli mengungkapkan bahwa 'Ancaman' masih tetap ada, tetapi konsep 'Advanced' dan 'Persistent' akan hilang untuk mengurangi jejak yang tertinggal di sistem terinfeksi.

Para penjahat siber juga akan lebih mengandalkan off-the-shelf malware untuk meminimalkan biaya yang harus mereka keluarkan.

Berikut perkiraan tren kejahatan siber 2016 dari para ahli di Kaspersky Lab:

1. APT menghilang, diganti ancaman yang lebih berbahaya dan sulit terdeteksi, dimana akan ada perubahan dramatis dalam struktur serta cara beroperasi dari APT.

2. Tindak kejahatan melalui smartTV dan atau mesin pembuat kopi.

Popularitas ransomware akan semakin meningkat dengan penggunaan Trojan perbankan dan diprediksi akan semakin meluas ke area yang baru seperti perangkat OS X, yang kebanyakan dimiliki oleh para target yang dianggap kaya sehingga lebih menguntungkan penjahat siber. Selain itu perangkat mobile dan Internet-of-Things juga dijadikan target.

3. Model pembayaran terbaru.

Sistem pembayaran alternatif seperti ApplePay dan AndroidPay serta bursa saham akan menjadi target empuk bagi serangan siber keuangan dan akan terus dikembangkan oleh para penjahat siber.

4. Membocorkan kehidupan pribadi.

Pada 2015 terjadi kenaikan jumlah DOXing, serangan untuk mempermalukan di publik serta pemerasan. Semua orang mulai dari Hactivists hingga negara menggunakan strategi penyebarluasan foto-foto pribadi, informasi, daftar pelanggan, dan kode untuk mempermalukan target mereka. Kaspersky Lab memperkirakan praktik seperti ini masih meningkat secara eksponensial tahun 2016.

sumber : antaranews